Sega Jamblang Kuliner Khas Cirebon


Sega Jamblang (Nasi Jamblang dalam Bahasa Indonesia) adalah makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun Jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan.

Nama sega jamblang konon berasal dari sebuah nama desa di sebelah barat kota Cirebon, yakni desa Jamblang, Jamblang, Cirebon. Walaupun bernama sega jamblang, makanan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pohon atau buah jamblang.

Menu yang tersedia biasanya antara lain sambal goreng, tahu sayur, paru-paru (pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe.

Sega Jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon.

Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan jika dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama.
Walaupun menunya sangat beraneka ragam, namun harga makanan ini relatif sangat murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.

(wikipedia)


Sekilas Sejarah

Pada tahun 1847 Pemerintah Kolonial Belanda membangun pabrik gula di wilayah Gempol, pabrik gula di Plumbon, dan pabrik spiritus di Palimanan, 1983. Dengan dibangunnya beberapa pabrik yang cukup besar itu, maka jelas banyak membutuhkan tenaga kerja di Wilayah Kawedanan Palimanan, Plumbon dan sekitarnya.

Ramainya para pekerja di ketiga pabrik tersebut seperti gayung bersambut, karena jelas membutuhkan banyak pekerja atau buruh. Baik untuk di perkebunan sebagai buruh lepas maupun di pabriknya sendiri terutama di bagian perbengkelan, transportasi, administrasi dan bagian keamanan pabrik. Para buruh pabrik yang datangnya dari jauh ( Wilayah selatan ), seperti Sindangjawa, Cisaat, Cimara, cidahu, Ciniru, Cikalshsng, Bobos dan Lengkong harus pagi-pagi benar. Mereka membutuhkan sarapan sedangkan pedagang nasi pada waktu itu belum ada, paling ada juga penjual makanan ringan seperti jajanan dan sejenisnya. Pada waktu ada anggapan bahwa menjual nasi itu tidak boleh atau pamali, ini bisa dimaklumi karena peredaran uang masih sedikit, bahkan orang tua kita dulu banyak menyimpan padi atau beras. Mereka berfikir tidak menyimpan uang tidak apa-apa, namun apabila tidak menyimpan padi atau beras bisa sengsara, karena ada rasa ketakutan tidak bisa makan nantinya.

Di Jamblang ada seorang pengusaha pribumi yang bernama H. Abdulatif ( Ki Antra ), beliau banyak memiliki karyawan atau pegawai, maklum karena usaha beliau cukup banyak, anatara lain: Pejagalan sapi atau kerbau, pandai besi ( membuat keranjang ), dan masih ada beberapa lagi,beliaupun memiliki sawah yang cukup luas. Ny. Tan Piauw Lun ( Ny. Pulung ) adalah istri dari H. Abdulatif yang biasa mengurusi keperluan makan para pekerja suaminya. Melihat banyak buruh lepas pabrik yang mencari warung penjual nasi, maka H. Abdulatif pun memberanikan diri untuk memberikan sedekah beberapa bungkus nasi kepada para pekerja lepas tersebut.

Rupanya berita inipun menyebar dari mulut ke mulut, yang akhirnya bertambah banyak untuk meminta sarapan pagi. Ny. Pulung selalu menolak setiap pemberian uang dari para pekerja lepas, namun para pekerja menyadari bahwa segala sesuatunya dapat beli yang harus mengeluarkan uang tentunya, sehingga lambat laun para pekerja sepakat hanya memberikan imbalan ala kadarnya kepada Ny. Pulung.

(Arif Haryanto)

**
Quotes

Menu sarapan yang satu ini tidak hanya bikin kenyang tapi juga bingung. Belasan lauk yang hangat mengepul disajikan prasmanan. Tinggal dipilih, ditaruh di atas kepalan nasi hangat beralas daun jati. Siraman kuah semur tahu yang gurih manis plus cocolan sambal iris yang pedas benar-benar terasa sedap dan uenaak!
(Odilia Winneke - detikFood)

Nasi jamblangnya enak, lauk-lauknya juga enak mulai dari daging sapi, telor dadar, perkedel dan tempe goreng, Cuma memang sudah dalam kondisi dingin. Coba kalau disajikan masih panas, pasti lebih mantaaab. Saya sudah cukup lama tidak makan nasi jamblang, jadi tambah lahap dan nikmat nih.
(Frans Travel/Food Story Kompas | http://www.rekomendasi.me/)

Sega Jamblang yang bersejarah kini menjadi makanan khas Cirebon yang digemari oleh masyarakat luas. Jika ingin merasakan Sega Jamblang, silakan datang ke sekitar Pelabuhan. Nasi jamblang yang mulanya hanya untuk kalangan bawah, kini juga menyentuh lidah kalangan instansi daerah. Jangan pula para wisatawan merasa khawatir kehabisan menu ini karena warung Sega Jamblang biasanya buka 24 jam nonstop.
(Nusapedia)
----
Image Source : elgibrany
***
Thx

2 comments:

Komentar sedulur sekalian akan sangat berarti untuk perkembangan blog ini dan mudah-mudahan akan menambah wawasan kita bersama.
Nuhun.
\\Mohon maaf tidak semua pertanyaan mampu dijawab oleh Admin\\

Powered by Blogger.