Syeikh Mursyahadatillah Al-Chirboni / Pangeran walangsungsang/ Pangeran Cakrabuana
Menurut babad, Syeikh Mursyahadatillah dimana nama asli ketika mudanya adalah Pangeran Walangsungsang merupakan putra Raja Pajajaran IX.
Lengkapnya bernama Pangeran Walangsungsang bin Prabu Siliwangi bin Raja Mundingkawati bin Angga Larang bin Banyak Wangi bin Banyak Larang bin Susuk Tunggal bin Wastu Kencana bin Lingga bin Linggahiang bin Ratu Sari Purba bin Raja Ciung Wanara.
Lengkapnya bernama Pangeran Walangsungsang bin Prabu Siliwangi bin Raja Mundingkawati bin Angga Larang bin Banyak Wangi bin Banyak Larang bin Susuk Tunggal bin Wastu Kencana bin Lingga bin Linggahiang bin Ratu Sari Purba bin Raja Ciung Wanara.
Disamping itu masih ada beberapa julukan lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Gagak Lumayung, Nama julukan ketika menjadi Pendekar
2. Pangeran Cakrabuana, Nama julukan setelah berhasil menyempurnakan ilmu cakrabirawa warisan dari Mbah Kuwu Sangkan dan babad Tanah Cirebon
3. Somadullah, Nama julukan karena mampu menyelesaikan pendidikannya di Samudra Pasai dan Jazirah Arab
4. Abdullah Iman, Nama julukan yang diberikan sang Guru sekembalinya ia menunaikan ibadah Haji di Tanah Suci Makkah
5. Sri Mangara, Nama julukan ketika diangkat menjadi Kuwu Cirebon menggantikan sang mertua Ki Gde Alang alang
6. Syeikh Mursyahadatillah, Nama julukan setelah menghabiskan hari-hari tuanya untuk berdakwah
Sementara Ibunya bernama Ratu Subang larang atau Subang Rancang Putri Ki Gedeng Tapa Mangkubumi Singapura atau Martasinga yang memeluk agama Islam di Pesantren Quro Kerawang asuhan Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni.
Ibunya merupakan pelanjut perintisan Islam di Cirebon hasil didikan pamannya yang menjadi peletak dasar tumbuh dan berkembangnya penganut-penyiar agama Islam ditatar Sunda, dikenal sebagai Syeikh Baharuddin alias Syeikh Maulana Syafiuddin alias Haji Purwa alias Ki Gde Bratalegawa.
Pangeran Cakrabuana lahir di keraton Pajajaran bertepatan dengan Tahun 1423 Masehi. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik, kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana Pajajaran. Setelah dewasa ia melarikan diri dari Istana dan pergi menuju Gunung Dihyang yang terletak di Padepokan Resi Danuwarsih, masuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan. Resi Danuwarsih adalah seorang Pendeta Budha yang menjadi penasehat Keraton Galuh, ketika Ibukota Kerajaan masih di Karang Kamulyan Ciamis. Sulit dibayangkan bagaimana keteguhan Sang Pangeran yang muslim, berguru kepada seorang Pendeta yang secara lahiriah masih beragama Budha. Mungkin saja secara hakiki sang Danuwarsih sudah Islam meskipun tingkah lakunya masih Hindu-Budha. Tetapi yang Jelas kedatangan Putra Sulung Prabu Siliwangi di Padepokan Gunung Dihyang disambut suka cita oleh pendeta Danuwarsih. Dan untuk menyempurnakan kegembiraan tersebut, sang Guru menikahkan putrid satu-satunya yang bernama Endang Geulis.
Darinyalah lahir seorang putri yang bernama Nyai Mas Pakungwati yang kelak kemudian hari menjadi permaisuri Kanjeng Sunan Gunung jati.
Menurut naskah Pustaka Negara Kretabumi, diterangkan bahwa tempat Padepokan Ki Gde Danuwarsih adalah Parahiyangan Bang Wetan. Sementara menurut penelitian Yoseph Iskandar yang diprakarsai LEMLIT UNPAS disebutkan bahwa di kaki Gunung Dieng terdapat beberapa situs Pangeran Cakrabuana :
Pertama, Makam keramat Sembah Wali Tanduran, yang diduga bekas petilasan Sang pangeran Pajajaran.
Kedua, Makam Pajajaran dibukit Sigabung, diperkirakan petilasan tempat Pangeran Cakrabuana melakukan tafakur untuk mencari jati diri dan Sangkan Paraning Dumadi.
Ketiga, Makam Pajajaran di Pacalan Kampung Sebelas, diyakini sebagai tempat tinggal Putra Mahkota Kerajaan Pajajaran.
Setelah melihat peta lokasi, petilasan-petilasan tersebut dapat dihubungkan melalui garis lurus, terbentang antara gunung Dieng sampai Cirebon. Berdasarkan identifikasi tersebut, mungkin saja Pangeran Cakrabuana pernah tinggal di Padepokan agama Budha di dataran tinggi Dieng atau barangkali pada masa itu dataran tinggi Dieng masih termasuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan sebagaimana diterangkan dalam naskah Pustaka Negara Kretabumi.
Disamping mendapatkan keturunan dari putrid Ki Gde Danuwarsih, Pangeran Cakrabuana juga memperoleh beberapa putra dari istri yang lain yaitu :
1. Dari Putri Kamboja,
Nyai Mas Sejati dikaruniai 7 (tujuh) orang anak antara lain :
1. Nyai Mas Rara Kanda
2. Nyai Mas Rara Sejati
3. Nyai Jati Marta
4. Nyai jamaras
5. Nyai Mas Campa
6. Nyai Rasa Melasi
7. Nyai Mas Merta Singa.
2. Dari Putri Ki Gde Alang-alang,
Yang bernama Nyi Mas Ratna Riris dikaruniai seorang anak yang bernama Pangeran Carbon yang kemudian dibesarkan dibawah asuhan kakanya di Cirebon Girang
3. Dari Putri Ki Gde Suranaya,
Penguasa Sidapurna yang bernama Nyi Mas Wandansari dikaruniai seorang anak yang bernama Maulana Arifin. Maulana Arifin inilah yang kelak berjodoh dengan adiknya Ki Gde Loragung yang bernama Nyi Mas Ratu Selawati
Selain Panglima Ulung, Pangeran Cakrabuana adalah pencipta Kebudayaan Pasundan Islami.
Dalam masa 4 abad lamanya yaitu menaklikan Pajajaran, Keraton Ayahandanya yang Hindu. Karena itu ia diberi gelar kehormatan Pangeran Cakrabuana.
Pangeran Cakrabuana mulai memerintah Cirebon pada tanggal 1 Suro tahun 1445 Masehi. Waktu itu ia belum mencapai usia 22 tahun. Memang masih terlalu muda, tetapi ia mampu memegang kendali pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 hingga tahun 1479.
Pangeran Cakrabuana, adalah orang kuat dalam catatan sejarah Islam Tanah pasundan, ia bukan saja dikenal sebagai penakluk dan Panglima Perang yang ulung dan sukses, tetapi juga memiliki citra kepeloporan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban yang sangat tinggi. Ia senantiasa menaruh perhatian besar terhadap berbagai macam Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Seni Budaya, melestarikan dan mengembangkannya.
Ayahnya, Prabu Siliwangi telah mencurahkan perhatian dan mendidiknya dengan Ilmu Kemiliteran, Politik dan Kesaktian sejak kecil. Dan demi mencerdaskannya ia diserahkan kepada ulama-ulama besar pada zamannya yang menguasai bidang kajian Ilmu Agama Islam, Sastra, Falak dan Kesaktian. Mereka adalah :
Syeikh Qurotullain, Syeikh Nurjati, Syeikh Bayanillah, Ki Gde Danuwarsi, Ki Gde Naga Kumbang dan Ki Gde Bango Cangak dsb.
Ketika Prabu Siliwangi masih memerintah di Kerajaan Pajajaran, Pangeran Cakrabuana sebagai anak masih menaruh rasa hormat dan segan kepada Kerajaan Pajajaran. Tetapi ketika Ayahandanya telah tiada, rasa hormat dan keseganan Cirebon kepada pajajaran menjadi sirna. Prabu Surawisesa sebagai penerus Sang Prabu Siliwangi benar-benar harus berpikir dan bekerja keras untuk mempertahankan kejayaan Kerajaan Pajajaran.
Panji-panji Islam mulai berkibar di Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Sumedang, Purwakarta, Kerawang, Priangan, Bogor yang kemudian merambat ke Banten.
Dengan demikian wilayah Keraton Cirebon menjadi satu antara bagian utara dan selatan, antara Cirebon dan Banten. Dan Ibukota Kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk. Disanalah kemudian didirikan Keraton baru dinamakan Keraton Pakungwati.
Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Keraton Cirebon adalah Pangeran Cakrabuana. Namun, orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah Kesultanan adalah Syeikh Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung Jati. Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuana. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan juga Banten.
Sementara kehidupan Pangeran Cakrabuana dimasa tuanya memang sesuai dengan kehidupan orang-orang darwis. Ia selalu mengembara ke berbagai tempat. Sekali waktu ia diberitakan berada di Pajajaran dan dijuluki sebagai Garantang Setra Walangsungsang . Pada saat lain lagi diberitakan pula bahwa ia sudah berada di bagian Kulon Jawa dikenal dengan julukan Pangeran Gagak Lumayung, dan pada kesempatan lain ia sudah berada di kawasan Cirebon terus dikenal dengan nam Syeikh Mursyahadatillah. Di bagian Jawa Barat bagian Selatan ia mengumumkan dirinya dengan nama Sunan Rahmat Suci.
Akhirnya pada Tahun 1529 Masehi, Pangeran Cakrabuana yang dikenal dengan Syeikh Mursyahadatillah pulang Kerahmatullah. Kehilangan “Wong Agung Cirebon Seuweu Siliwangi”.
Pangeran Cakrabuana alias Haji Abdullah Iman alias Somadullah alias Syeikh Mursyahadatillah yang sangat disegani dikawasan Timur, mempengaruhi suasana duka kerabat Keraton Cirebon. Dialah yang sebenarnya direstui Sri Baduga Maharaja Siliwangi untuk menjadi Penguasa Kerajaan Pakungwati Cirebon sebagai Sri Mangana.
Dialah peletak dasar Pondasi Islam di Jawa Barat. Tanpa bimbingan dan kerelaan hati dirinya, tidak myngkin Syeikh Syarif Hidayatullah naik tahta menjadi Susuhunan Jati, walaupun didukung oleh para Wali Songo lainnya. Dialah sebagai pelindung posisi Syeikh Syarif Hidayatullah sebagai anak adiknya, dan sekaligus sebagai menantunya.
Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan atau Syeikh Mursyahadatillah dimakamkan di Keramat Gunung Sembung yang telah dibangun sebelumnya di atas Komplek Masjid yang tiang sakanya merupakan hadiah Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni yang lebih dikenal sebagai Syeikh Quro Kerawang. Masjid inilah yang kemudian popular dengan Masjid Sang Cipta Rasa.
Dimanakah Makam Prabu Kian Santang?
Setelah sekian banyak catatan sejarah yang sudah saya baca dan makam/kuburan yang dianggap sebagai makam Prabu Kian Santang yang sudah saya kunjungi, akan tetapi pertanyaan tersebut [judul di atas] sampai saat ini belum saya temukan jawabannya secara pasti, bahkan semakin banyak saya cari tau, semakin tidak jelas dimanakah makam sebenarnya, Prabu Kian Santang.
Prabu Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang atau Sunan Rohmat atau Sunan Godog atau Ki Samadullah atau Abdullah Iman atau Pangeran Cakrabuana atau Hurang Sasakan atau Sri Mangana atau Gagak Lumayung atau Maulana Ifdil Hanafi atau Haji Tan Eng Hoat dilahirkan sekitar tahun 1423 M merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yaitu Nyai Rara Santang atau Nyai Hajjah Syarifah Mudhaim lahir sekitar tahun 1426 M dan Raja Sangara lahir sekitar tahun 1428 M. Dari hasil perkawinan antara Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang atau Nyai Subang Karancang.
Sejarah hidup Prabu Kian Santang juga terdiri dari beberapa versi, akan tetapi sejarah hidup beliau yang paling terkenal terutama oleh kalangan masyarakat Jawa Barat adalah awal mula beliau memeluk agama Islam.
Dalam Babad Godog diceritakan bahwa Kian Santang muda saat itu adalah seorang yang sangat sakti, sampai-sampai beliau tidak pernah melihat darahnya sendiri. Jiwa mudanya yang bergelora membawa beliau berkelana mencari orang yang sanggup mengalahkan beliau sampai beliau dapat melihat darahnya sendiri, hingga pada suatu saat beliau mendengar bahwa di daerah arab ada seorang yang sangat sakti mandra guna. Dengan ilmu ”napak sancang”nya (dapat berjalan di atas air) beliau sampai di wilayah arab dan bertemu dengan orang tua di pinggir pantai, dan singkat cerita mereka bertemu dan berkenalan sehingga orang tua tersebut mengajak beliau ke rumahnya dan orang tua tersebut berjanji akan mempertemukan dengan orang sakti yang dicarinya, dalam perjalanan ke rumah, tongkat orang tua tersebut tertancap dipasir, dan orang tua tersebut meminta bantuan Kian Santang untuk mengambilkannya, akan tetapi walaupuan seluruh ilmu kedigjayaan yang beliau miliki digunakan untuk mencabut tngkat tersebut, tetap saja tongkat tidak dapat diambil, sampai akhirnya keluar darah dari pori-pori tangan kian santang.
Dari kejadian tersebut Kian Santang baru menyadari bahwa orang tua yang bertemu dengannya adalah orang yang dicarinya, orang tua tersebut adalah Syaidina Ali bin Abu Thalib ra., akhirnya beliau pun insyaf atas kesombongannya dan memeluk agama Islam.
Dalam cerita lain pula ada yang menyebutkan bahwa beliau memeluk Islam dibai’at langsung oleh Rasulullah SAW., kedua kisah tersebut jika dirunut berdasarkan periode waktu beliau di lahirkan dengan periode Rasulullah dan para Sahabat sangat terpaut jauh periodenya yaitu sekitar kurang lebih delapan abad. Wallahualam…
Berdasarkan sumber lain di ceritakan pula bahwa beliau sudah memeluk agama Islam sejak kecil/lahir, karena beliau adalah cucu dari Syekh Quro dari karawang, ayah dari ibunya yaitu Nyai Subang Larang. Kemudian beliau belajar agama Islam pada Syekh Datuk Kahfi di Cirebon, dan pergi ke tanah suci untuk melakukan haji sekaligus memperdalam ilmu agama Islam bersama adiknya yaitu Nyai Rara Santang.
Setelah kembali ke tanah Jawa, beliau mendirikan kerajaan Cirebon dan menyebarkan agama Islam, sampai suatu waktu beliau mengajak ayahnya yaitu Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam, tapi walau pun Prabu Siliwangi sudah menyadari bahwa agama Islam adalah agama yang benar, karena Nyai Subang Larang istri Prabu Siliwangi, Ibunda Kian santang Sendiri adalah seorang muslimah, akan tetapi ayah beliau Prabu Siliwangi belum diberikan hidayah oleh Allah SWT. untuk memeluk agama Islam.
Sampai terjadilah suatu kejadian yang terkenal pula kisahnya dikalangan masyarakat Jawa Barat yaitu kisah dikejar-kejarnya Prabu Siliwangi oleh Kian Santang dan dalam proses pengejaran itu masing-masing menggunakan ilmu ”nurus bumi” yaitu berlari dibawah tanah. Sampai di sebuah hutan di daerahTasikmalaya Garut yang bernama hutan Sancang mereka bertemu dan bertarung mengadu kesaktian.
Akan tetapi Prabu Siliwangi kalah dalam pertarungan tersebut dan Prabu Siliwangi dengan kebijaksanaanya mempersilahkan pengikutnya untuk mengikuti ajaran Kian Santang, cerita ini termaktub dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi.
Perjalan panjang hidup Kian Santang yang berkelana antara wilayah tatar Sunda dan Cirebon, hal ini lah menjadikan makam beliau ada dimana-mana yaitu diantaranya di komplek pemakamam Gunung Jati – Cirebon, di daerah Godog – Garut – Jawa Barat, di daerah hutan Sancang – Garut – Jawa Barat, dan dibeberapa tempat lainnya. Dan untuk makam asli beliau tidak ada yang tau pasti, tapi jika mengikuti perjalanan sejarah, makam yang berada di komplek pemakaman kesultanan Cirebon yang ada di wilayah Gunung Jati, yang lebih mendekati kebenaranan.
Makam yang berada ditempat lain hanya merupakan suatu simbol yang dibuat oleh masyarakat diwilayah tersebut yang menunjukan bahwa beliau pernah ke wilayah tersebut (patilasan [sunda: bekas singgah]). Hal ini sama seperti makam-makam seorang nabi yang berada di beberapa tempat.
Punten.
ReplyDeleteReferensi yang menarik.
Saya baru kembali ke kota kelahiran saya, Cirebon. Belum lama ini, saya membuat blog (http://dodi-nurdjaja.blogspot.com/). Postingannya baru sedikit. Salah satu postingan saya berjudul "Mbah Kuwu Sangkan" (http://dodi-nurdjaja.blogspot.com/2012/11/mbah-kuwu-sangkan.html), hanya sekilas tentang nama-nama yang disandang Pangeran Cakrabuana dengan sedikit gambaran latar-belakang-nya. Referensi saya hanyalah tutur dari almarhum nenek dan tetangga saya (yang masih keturunan Ke Gede Pekiringan). Mangga mampir untuk membandingkan, dan meninggalkan komen.
Terima kasih.
kian santang dan walangsungsang dua orang yang berbeda,.
ReplyDeletemenarik ini
Deletebisa dijelaskan lebih detail?
Terima kasih atas komentarnya..
ReplyDeleteSampai saat ini kami masih mengumpulkan beberapa sumber untuk pengembangan blog ini..
salam
di paninggaran pekalongan ada makam prahu walangsungsang.setiap tahun masih intens khaul.dan seeing di hadirivulama besar indonesia.
ReplyDeleteSetahu saya di paninggaran itu petilasan
DeleteMas Bayu Achmad, terima kasih telah berkunjung. Boleh saya tahu lebih dalam tentang makam Prabu Walangsungsang yg di Pekalongan?
ReplyDeleteIni adalah informasi baru dan menarik bagi kami. Terima kasih.
salam.
di paninggaran itu petilasan
DeleteUntuk Mas Dodi Nurdjaja,
ReplyDeleteTerima kasih..
Blognya mas sangat mendalam, saya akan tambahkan refrensi lebih banyak untuk memperkaya pengetahuan tentang Cirebon khususnys sejarah dan pernak perniknya.
Sangat menarik dan membuka pemikiran kami tentang Cirebon, terima kasih banyak.
Assalamualaikum
ReplyDeletetolong jabarin dong keturunan* Pangeran Cakrabuana dari masing* istrinya,sebelum nya terima kasih.
bukan nya kian santang dengan walangsungsang( cakrabuana ) adalah orang yg berbeda? meski mrk memang kk beradik.
ReplyDeleteyang berbeda adalah antara Rara Santang dengan Kian Santang
Deletebukankah kiansantang dengan walang sungsang ( cakra buana ) adalah sosok yg berbeda ya? meski mrk memang kk beradik
ReplyDeleteAsalamualaikum,,wr,,wb,, salam kenal,, salam rahayu,,, tolong mintak penjelasan makam prabu kiayi santang di banten,, sebelumnya banyak terima kasih.
ReplyDeletesiiplah
ReplyDeleteTerima kasih kepada semua yang telah berkunjung. Maaf selalu slow respon karena sesuatu dan banyak hal.
ReplyDeleteMohon maaf juga kepada beberapa pertanyaan yang belum sempat terjawab.
Terima kasih.
KISAH NYATA berbagi info...
ReplyDeletesaya belum lama ini
bulan juni 2016
tepat di hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016)
KU DI TIPU
rumah juru kunci (PALSU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
ciri-ciri: orang kurus,kulit kuning sawo,tinggi 160+
(PRAKTEK DGN BONEKA JENGLOT PALSU)
melakukan pesugihan dana Goib
di desa pagundan
kampung dusun kliwon
Rt.018 Rw.05
(KUNINGAN JAWA)
tempat tinggal istri ke 1(TUA)
(anak 2 cowo)
juru kunci (PALSU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
mempunyai 3 istri
selama menipu sebagai juru kunci PALSU 8 thn...
tempat makam keramat&sumur keramat
desa pagundan (TIPUAN/PENIPU)
kampung dusun kliwon
Rt.018 Rw.05 (KUNINGAN JAWA)
aku hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016) melakukan ritual selama 3x..(Ritual)...
sampai aku merogoh kocek ku sebesar 35jt lebih...
membeli CERUTU JANGKRIK (komplit)
35pcs x 600rb = 21 jt
mebeli sesaji (komplit):
nasi tumpeng
buah,menyan,kembang dll
sebesar 14jt lebih...
juru kunci (MENIPU KU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
alamat Rumah tinggal >>>>
istri (MUDA) ke 2 anak 4 (3 cewek 1 laki)
Desa sidarja
kampung cisalak
blok pahing
kecamatan ciawi gebang
kabupaten kuningan (jawa)
Rumah a/n:Ading 36thn (PENIPU)
yg mengaku juru kunci..
di belakang sekolah SD negri
turun lapangan bola
sidaraja kuningan
ku mengadakan Ritual dana goib
hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016)
di makam keramat & sumur keramat
di desa pagundan
kampung dusun kliwon (KUNINGAN)
selama 3x...(3 hari komplit sesajen)
tepat ritual yg ke 3 hari minggu,
juru kunci PALSU
a/n: Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
berkata di makam keramat,mengatakan uang dana goib,akan di antar langsung oleh arwah makam keramat
desa pagundan
kampung dusun kliwon (kuningan)
tepat jam 1 malam di Rumah aku
tggu di jembatan ke5 dekat Rumah ku
setelah melakukan ritual yg ke3x..
(komplit sesajen dari ke 1x-3x)
ku lansung bergegas pulang ke Rumah
dan ku sampai di jembatan yg ke5
hari minggu pkl 11 malam...
ku tunggu,sambil baca mantra panggil arwah makam keramat
ku baca mantra sampai pkl 3 subuh (minggu 12-6-2016)
arwah makam keramat tak kunjung hadir/datang...
juru kunci PALSU
a/n:Ading 36 thn (PENIPU)
hp.081223871269
ku tlp&sms juru kunci palsu itu
tidak di angkat&tidak membalas sms ku sama sekali (ku di tipu)..
hati-hati saudara ku
jangan mudah percaya,apa lagi baru kenal&mengaku juru kunci,paranormal,dukun dsb
(modus penipuan)
www.ading36thn_penipuan.com
sekian dan terima kasih
alamat rumah yg di tinggal&di tempati >>>>
juru kunci (PALSU)
a/n: Ading 36 thn (PENIPU)
hp.081223871269
(PRAKTEK DGN BONEKA JENGLOT PALSU)
istri (MUDA) ke 2 mempuyai
anak 4 (cewe 3 cowo 1)
desa sidarja
kampung cisalak
desa pahing
kecamatan ciawi gebang
kabupaten kuningan (jawa)
di belakang SD NEGRI
SiDARAJA KUNINGAN
hatur nuhun lur info na.!
ReplyDeletePengobatan Dermatitis Seboroik Secara Alami
Assalammualaikum wr.wbt. saudaraku alhamdulillah sy sdh sering ziarah ke makam mbah kuwu sangkan di kramat talun cirebon girang insya Allah kebenaranya ada. pesan sy berhati2 klo kita blm tahu lokasi tmpt ziarah disana krn bnyk yang disesatkan. trm ksh
ReplyDeletePrabu siliwangi mempunyai 3 orang anak dari perkawinanya dengan nyi subang larang murid dari syehk Quro Karawang, yaitu Raden walang sungsang atau mbah kuwu cakrabuana atau mbah kuwu sangkan, Nyi mas Rara santang dan Raden kian santang. Raden walangsungsang mempunyai putri dari perkawinanya dengan Nyi endang geulis bernama Nyi mas pakung wati. Dan Nyi mas Rara santang mempunyai seorang putra bernama Syehk sarif hidayatullah atau sunan gunung jati. dan syehk sarif hidayatullah atau sunan gunung jati adalah keponakan dari Raden walang sungsang dan Raden kien santang. syehk sarif hidayatullah atau sunan gunung jati juga merupakan cucu dari Raja Padjajaran Prabu Siliwangi.
ReplyDeleteprabu kian santang bnyak sebagian versi adalah adik pangeran cakrabuana walangsungsang,tp ada versi lain yg mengisahkan bhwa prabu kian santang adalah gagak lumayung putra raja taruma negara yang sebenarnya lelulur dari raden walang sungsang sendiri ,dan krn raden walang sungsang sangat menyukai pigur raden kian santang maka kbanyakan tokoh walang sungsang d sangka raden walang sungsang dan ada jg yg mengira adik raden walang sungsang sendiri ,mkasih semoga sejarah pasundan bisa diluruskan
ReplyDeleteprabu kian santang bnyak sebagian versi adalah adik pangeran cakrabuana walangsungsang,tp ada versi lain yg mengisahkan bhwa prabu kian santang adalah gagak lumayung putra raja taruma negara yang sebenarnya lelulur dari raden walang sungsang sendiri ,dan krn raden walang sungsang sangat menyukai pigur raden kian santang maka kbanyakan tokoh walang sungsang d sangka raden walang sungsang dan ada jg yg mengira adik raden walang sungsang sendiri ,mkasih semoga sejarah pasundan bisa diluruskan
ReplyDeleteAssalamualaikum maaf menggangu
ReplyDeleteKalau boleh tau, dimana ya saya bisa lihat foto atau lukisan raden walangsungsang??
belum pernah ada
Delete