Kepercayaan dan Budaya Pengaruhi Batik Trusmi



SAAT dalam perjalanan menuju lokasi tempat pengrajin batik Trusmi di Plered Kab.Cirebon, terlintas dalam pikiran saya, daerah pengrajin batik di daerah Trusmi ini pasti agak kumuh. Namun pikiran seperti itu cepat terhapus manakala saya memasuki wilayah Trusmi mulai dari Jln. Panembahan dan Jln. Buyut Trusmi, sebuah daerah yang menjadi sentra pengrajin batik.

Motif Batik Mega Mendung
Pada jalur jalan tersebut, kita akan menjumpai beberapa showroom yang ditata dalam bentuk rumah mewah dengan halaman parkir cukup luas. Jika di depannya tidak terpasang papan nama showroom, mungkin tidak ada yang menyangka rumah bagus tersebut adalah sebuah tempat penjualan batik. Pemandangan ini juga yang menyirnakan pikiran saya sebelumnya yang membayangkan Trusmi adalah daerah kumuh.

Trusmi adalah sebuah kawasan pengrajin batik terbesar di daerah “Sunan Gunung Jati”. Karena popularitasnya itu, menjadikan batik Cirebon, lebih dikenal dengan nama batik Trusmi.

Kala kita mengunjungi showroom batik, jangan heran jika akan memasuki ruang pamer, kita harus menanggalkan sepatu atau sandal di teras depan layaknya jika akan memasuki masjid. Itu mungkin semata-mata untuk menjaga kebersihan ruang pamer.

Sentra batik Trusmi di kota Kecamatan Plered Kab.Cirebon ini, dilihat dari sarana dan prasarana yang ada, memiliki potensi menjadi sebuah objek wisata belanja yang sangat menarik. Jadi tampaknya tak ada salahnya Trusmi dikemas dalam satu paket tujuan wisata bersama objek wisata lain di Cirebon, seperti Keraton Kanoman dan Kasepuhan serta objek wisata sejarah yang banyak tersebar di wilayah Cirebon. Tentunya untuk “menjual” kawasan itu diperlukan polesan penataan serta rangkaian kegiatan promosi, kerja sama dengan hotel atau biro-biro perjalanan yang bergerak dalam jasa pariwisata. Batik Trusmi, walau belum sepopuler batik Yogya, dari segi kualitas tampaknya sudah mampu bersaing dengan batik yang diproduksi sentra – sentra batik, khususnya di Pulau Jawa, seperti Yogya, Solo dan Pekalongan.

Jika kita jalan-jalan dan bermaksud membeli batik Trusmi, bisa banyak pilihan dalam soal harga. Tentunya bergantung pada kualitas bahan dan motif batik. Kita bisa mendapatkan motif batik cetak atau batik tulis dengan harga sangat variatif, mulai Rp 60.000,00 s.d. Rp 300.000,00/potong. Ada juga yang seharga Rp 800.000,00 dan Rp 1,4 juta, berupa batik dengan kualitas bahan dasar sutra yang dibuat menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin). Bahan dasar batik berkualitas ini berasal Garut, sebuah kota di wilayah Priangan yang ternyata tidak hanya terkenal karena makanan khasnya berupa dodol, tetapi juga sebagai penghasil sutra kualitas nomor wahid.

Selain batik untuk bahan kemeja, juga dijual selendang seharga antara Rp 15.000,00 sampai Rp 25.000,00. Seperti halnya untuk bahan pakaian, harga selendang ini ditentukan pula oleh bahan dasar kain, dari katun atau sutra.

**

DALAM catatan sejarah, ragam hias batik Cirebon tidak terlepas dari sejarah pembauran kepercayaan, seni dan budaya yang dibawa etnis dan bangsa pada masa lampau. Sebelum abad ke-20, Cirebon yang memiliki pelabuhan laut menjadi sebuah kota perdagangan hasil bumi antar pulau yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai etnis, serta saudagar asal Cina maupun Timur Tengah.

Pertemuan antar etnis dan budaya melalui jalur perdagangan ini, telah memberi akses pengaruh terhadap corak seni budaya daerah Cirebon. Pengaruh budaya itu bisa terlihat di antaranya pada kereta kebesaran dua keraton yang ada di Cirebon. Masing-masing singa barong di Keraton Kasepuhan dan peksi naga liman di Keraton Kanoman. Bentuk binatang khayal berupa singa barong dan peksi naga liman merupakan wujud perpaduan budaya Cina, Arab dan Hindu terlukis pula pada ragam hias batik Trusmi.

“Ragam hias batik memang dipengaruhi oleh kultur budaya, letak geografis, kepercayaan dan adat istiadat,” tutur H.Katura, salah seorang perajin batik Trusmi yang ditemui “PR”.

Menurut Katura, di Cirebon terdapat dua macam ragam hias batik, yakni batik pesisir dan keraton. Batik pesisir, motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna, seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun-daunan. Sedang batik keraton motifnya cenderung berupa ornamen berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum dan ayam alas.

Ragam hias batik keraton terbagi dalam dua jenis, pertama yang biasa dipergunakan para punggawa atau abdi dalem. Batik untuk punggawa ragam hiasnya kuat dan besar. Kedua, yang biasa dipergunakan para ningrat ragam hiasnya halus dan kecil. Warna-warna batik keraton asli Cirebon, umumnya berwarna sogan, hitam, biru tua dan kuning.

Pengaruh budaya dan kepercayaan pada corak dan motif batik Cirebon, di antaranya disimbolkan pada batik piring dan piring selampad. Ragam hias pada batik tersebut diilhami oleh susunan piring porselen Cina yang dipakai hiasan dinding Astana Gunung Jati dan keraton. Ragam hias bergaya Cina ini merupakan pengaruh akumulasi selera juragan-juragan batik keturunan Cina waktu itu.

Batik keluaran juragan Cina ini pada umumnya berwarna merah, biru, hijau dan putih. Itu menjadi warna khas batik pesisir.

Ragam hias juga diadopsi dari simbol- simbol yang berkait dengan mitos sejarah, seperti pada ragam hias pusar bumi, yang menggambarkan sebuah lubang di puncak Gunung Jati tempat pemuka agama Islam bermusyawarah, atau batik ayam alas gunung yang menjadi perlambang penyiaran dan penyebaran agama Islam dari Bukit Gunung Jati. Kemudian Batik taman arum sunyaragi yang melambangkan sebuah taman yang harum tempat para raja bersemedi untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta.

Besarnya pengaruh budaya dan kepercayaan pada ragam hias batik, di antaranya ada yang terasa begitu kental dengan kepercayaaan berbau “mistik”. Sebut saja misalnya nama batik kapal keruk, menurut kepercayaan sangat baik dipakai mereka yang ingin menambah dan menggali ilmu. Lain halnya dengan batik kapal kandas, batik ini konon sebaiknya dipakai oleh orang yang sudah matang dan dewasa dalam segalanya, tangguh menghadapi liku-liku kehidupan dalam menggapai maksud tujuan. (Suparman W/”PR”). *

Source: http://www.pikiran-rakyat.com/ | Sabtu, 16 Oktober 2004
Pernah diposting di blog elgibrany

2 comments:

Komentar sedulur sekalian akan sangat berarti untuk perkembangan blog ini dan mudah-mudahan akan menambah wawasan kita bersama.
Nuhun.
\\Mohon maaf tidak semua pertanyaan mampu dijawab oleh Admin\\

Powered by Blogger.