DARI PER ASPERA AD ASTRA KE CIREBON BARU (4)
Lambang Kota Cirebon (Gemeente Cheribon) - Rekonstruksi @elgibrany |
DARI “PER ASPERA AD ASTRA” KE “CIREBON BARU”:
Perubahan Citra Kota Cirebon 1930-1950-an
Dhanang Respati Puguh
Pada masa kolonial Belanda kota Cirebon dicitrakan sebagai kota kolonial, sehingga pembangunan kota ini lebih dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan orang-orang Belanda. Keberhasilan mengubah wajah kota Cirebon yang pada beberapa abad lalu digambarkan sebagai kota yang dilecehkan disimbolisasikan dalam lambang Gemeente Cirebon melalui semboyan “per aspera ad astra”. Namun demikian, sejak 1930-an muncul pencitraan yang berbeda terhadap kota Cirebon yang lahir dari pengalaman keseharian warga bumiputera Cirebon.
Dalam pandangan mereka, Cirebon di bawah gemeente merupakan sebuah kota yang tidak menyenangkan. Keadaan fisik kota yang buruk dan kenyataan bahwa penduduk bumiputera tidak dapat menikmati fasilitas kota sebagaimana halnya orang-orang Belanda menjadi dasar pembentukan citra tentang kegagalan gemeente dalam membangun kota Cirebon.
Kritik terhadap Gemeente Cirebon yang dianggap mengabaikan hak-hak rakyat, karena tidak mampu membangun kota dan menyediakan fasilitas bagi warga kota sebagaimana yang diharapkan penduduk bumiputera, menjadi landasan untuk mengembangkan simbol kota pada masa kemerdekaan. Simbol kota Cirebon mengacu pada proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Melalui simbol itu warga kota Cirebon menyatakan dan mencitrakan dirinya sebagai manusia baru, yakni manusia yang mempunyai kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang telah merdeka. Hal itu dikonsepsikan sebagai “Cirebon Baru” yang bertujuan untuk membawa Cirebon pada tempat yang terhormat di mata Republik Indonesia.
“Cirebon Baru” diwujudkan dengan membangun citra Cirebon sebagai kota republikein. Simbolisasi kota republikein dilakukan oleh pihak-pihak yang berperan penting pada masa revolusi, yang kemudian menjadi kelompok dominan, dengan mendayagunakan ruang publik.
Pendirian Tugu Proklamasi di perempatan jalan sebagai simbol ke-Indonesia-an dan penamaan jalan-jalan di kota Cirebon dengan menggunakan nama-nama pahlawan lokal menunjukkan bahwa gagasan tentang kemerdekaan Indonesia harus menjadi milik publik dan dijadikan sebagai bagian dari ingatan kolektif warga kota Cirebon. Hal itu juga memperlihatkan bahwa ruang publik telah diperlakukan sebagai sebuah komoditas yang pemanfaatannya ditentukan oleh cara kelompok yang dominan, dalam hal ini adalah tentara dan pejuang kemerdekaan, dalam mendefinisikan masa lalu sebagai basis pembentukan identitas Cirebon pascakolonial.
Konsepsi “Cirebon Baru” juga dijabarkan dan diimplementasikan ke dalam pembangunan dalam berbagai bidang yang mengacu pada kebutuhan mendasar rakyat yang pada masa kolonial kurang mendapatkan perhatian dari Gemeente Cirebon.(*)
Dicopy/disadur/disalin dari tulisan asli berjudul:
DARI “PER ASPERA AD ASTRA” KE “CIREBON BARU”:
Perubahan Citra Kota Cirebon 1930-1950-an
Penulis: Dhanang Respati Puguh
Post a Comment