Menelusuri Jejak Sejarah Gedung Bank Indonesia di Cirebon
Menelusuri Jejak Sejarah Gedung Bank Indonesia di Cirebon
Gedung Bank Indonesia yang terletak di Jalan Yos Sudarso No. 5, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting dalam sejarah perkembangan perbankan di Indonesia. Dengan latar belakang yang kaya, gedung ini tidak hanya menjadi tempat transaksi keuangan, tetapi juga saksi bisu perjalanan ekonomi dan sosial masyarakat Cirebon.
Sejarah Singkat dan Pembangunan
Dibangun pada tahun 1866, Gedung Bank Indonesia pada awalnya berfungsi sebagai cabang De Javasche Bank (DJB), sebuah bank milik Belanda yang menjadi cikal bakal Bank Indonesia. Kehadiran De Javasche Bank di Cirebon merupakan langkah strategis untuk mendukung aktivitas ekonomi di Hindia Belanda, terutama di kawasan yang terkenal sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan penting pada masanya. Cirebon, dengan posisi geografisnya yang strategis, menjadi tempat lalu lintas perdagangan rempah-rempah dan bahan mentah yang diekspor ke mancanegara.
Arsitektur gedung ini mengusung gaya Indische Empire atau Indische Stijl, yang merupakan perpaduan antara arsitektur kolonial Belanda dengan adaptasi terhadap iklim tropis Indonesia. Ciri khas dari arsitektur ini meliputi dinding tebal, langit-langit tinggi, serta jendela dan ventilasi yang besar, semuanya dirancang untuk memastikan aliran udara yang baik dan menghadirkan kenyamanan dalam ruangan.
Pembangunan dan Perkembangan Gedung
Pembangunan Gedung De Javasche Bank dilakukan oleh sebuah perusahaan konstruksi asal Belanda, yang ditugaskan untuk menampung aktivitas perbankan di wilayah Priangan Timur. Gedung ini menjadi pusat keuangan vital, di mana berbagai transaksi penting berlangsung, termasuk perdagangan komoditas utama yang dipasok melalui Pelabuhan Cirebon. Di sinilah kekuatan ekonomi Cirebon terlihat, dengan aktivitas perbankan yang memainkan peran sentral dalam pertumbuhan ekonomi lokal.
Dari sisi arsitekturnya Bank DJB ini pada awalnya hanya berlantai 1 dengan gaya Neo-Klasik. Seiring dengan perkembangan waktu dibuatlah menjadi bertingkat dengan gaya Art Deco pada tahun 1919. Pemugaran kembali itu dilakukan oleh Jan Marianus Gerritzen, anak dari direktur M.J. Gerritzen tepat pada 21 September 1919 yang ditandai dengan peletakan batu pertama.
Perkembangan Sekarang
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1953, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia, dan cabang di Cirebon pun ikut bertransformasi. Kini, Gedung Bank Indonesia di Cirebon tidak lagi berfungsi sebagai kantor operasional utama, tetapi berperan sebagai Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Cirebon. Kantor ini berfokus pada pengawasan instansi keuangan serta mendukung kebijakan moneter di wilayah Ciayumajakuning, yang mencakup Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
Selain peran fungsionalnya, gedung ini juga dilindungi sebagai cagar budaya, yang berarti keaslian arsitekturnya tetap terjaga meskipun telah mengalami beberapa renovasi untuk perawatan dan pemeliharaan. Hal ini menjadikan Gedung Bank Indonesia di Cirebon bukan hanya tempat bekerja, tetapi juga objek wisata sejarah yang menarik bagi pengunjung yang ingin memahami lebih dalam tentang pengaruh kolonialisme serta perkembangan ekonomi Indonesia.
Penutup
Gedung Bank Indonesia di Cirebon adalah lambang kekuatan ekonomi dan sejarah yang kaya di wilayah tersebut. Dengan arsitektur yang megah dan fungsi yang bersejarah, gedung ini mengingatkan kita akan pentingnya peran perbankan dalam pembangunan daerah, serta perlunya menjaga warisan budaya untuk generasi mendatang. Mari kita lestarikan dan apresiasi setiap jejak sejarah yang ada di negeri ini!
Referensi:
- [Bank Indonesia](https://www.bi.go.id)
- [Wikipedia - De Javasche Bank](https://id.wikipedia.org/wiki/De_Javasche_Bank)
#BankIndonesia #Cirebon #Sejarah #CagarBudaya #IndischeEmpire #EkonomiIndonesia #ArsitekturKolonial
(muaradjati|24)
Post a Comment